Selasa, 18 Mei 2010

Aku di Balik Hutan

 Aku di balik hutan
 Bersama air, gemuruh di seberang dekat sekali
 Bersama air, mengalir dari rintiknya hujan
 Ia berjalan tengah-tengah dedaunan bambu
 Bersama air, terjatuh dari dedaunan
 Menapaki tanah yang kutapak

Aku di balik hutan
Bersama air yang meraba-raba mencari tanpa lekuk
Mencari mulut-mulut sungai
Untuk kembali pada laut lepas
mengairi tanah
lalu menguap, kembali
Pada kehitaman kumpulannya
di balik awan
sesekali membentuk pelangi

Aku di balik hutan
ikut meraba, seolah gelap tanpa gegap gempita sepotongpun
mengingat hitam yang ku kumpulkan
mencari sinar dibalik nya, aku
berperan laiknya awan hitam
gelap, mengundang gemuruh

Aku di balik hutan
berputar seperti putaran air
yang sedari tadi menemaniku
berkonsentrasi pada porosnya
mencari jati diri pada kegelapan hutan malam
laiknya air mencari mulut sungai
pada tanah yang berliku.

Aku di balik hutan
belajar, mengitari perputaran air
air berjudulkan jati diri sesungguhnya
proses yang berputar menebak dan menerka
aku
Aku di balik hutan bersama sajak Tuhan
mengalir dalam hujan

Senin, 17 Mei 2010

PERGURUAN TINGGI TEKNOKRAT RAIH JUARA 2 DAN TERBAIK DI AJANG BAHASA INGGRIS TINGKAT NASIONAL

BANDAR LAMPUNG- Setelah memenangkan berbagai kompetisi bahasa Inggris dan menjadi juara umum bertahan di ajang EEC in Action (EIA) UNILA tingkat Sumbagsel, 20 Februari 2010 lalu, kini perguruan tinggi Teknokrat kembali meraih juara dalam ajang kompetisi bergengsi ALSA English Competition 2010 yang di selenggarakan sejak tanggal 15 April hingga 20 April 2010 lalu di Fakultas hukum Universitas Indonesia.Perlombaaan bahasa inggris yang diikuti oleh mahasiswa Teknokrat ini tergabung dalam organisasi besar Teknokrat English Club dan G.O.D. Perlombaan tersebut dibuka pasa tanggal 15 April di aula Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang disaksikan oleh berbagai kalangan dari kalangan pelajar hingga mahasiswa se Indonesia.

Ajang bahasa Inggris paling bergengsi tersebut diikuti oleh 19 mahasiswa dari Perguruan Tinggi Teknokrat yang tergabung dalam sebuah nama Teknokrat Squad. Beberapa kompetisi di antaranya, News Casting, Story Telling, Speech Contest, Paper Presentation, Battle of Brain, dan Debate competition diikuti oleh delegasi terbaik yang telah lulus seleksi kualifikasi internal di Pergruan Tinggi Teknokrat.

Mahasiswa-mahasiswi Teknokrat yang mewakili Perguruan Tinggi Teknokrat diantaranya adalah, Puti Intan dan Septian Trisilo Prabowo ( News Casting), Rara Agustina dan Retty Dwi P (Story Telling), Ayu Febry Ismawanti dan Danang (Speech Contest), Chandra wiguna dan Welly Agustinda (Paper Presentation), M.Yuseno Kardiansyah, Khifti Fatimah dan Ratna Dewi ( a team for Battle of Brain) sementara pada ajang Debate Competition diikuti oleh dua tim yaitu Dede Pranata, M. Prasetyo dan Dian Febrisa sebagai tim I dengan N+1 Siuly, sementara Tim II terdiri dari Nurul Djanah, Indra Gunawan dan Febriantoso dengan N+1 Ruri K.

Dari ke 19 delegasi tersebut diantaranya Puti Intan berhasil menduduki peringkat empat nasional sebagai finalis dalam ajang News Casting, Retty Dwi Puteri berhasil menduduki peringkat tiga dalam babak penyisihan dan menjadi finalis Story Telling, Ayu febry dan Danang berhasil menduduki Peringkat pertama dan keempat penyisihan dan menjadi finalis Speech Contest, Sementara Chandra Wiguna dan Welly Agustinda berhasil meraih juara kedua dan terbaik (best paper) dalam ajang Paper Presentation.

" Alhamdulillah saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena pada tahun ini saya bersama teman-teman teknokrat squad berhasil menduduki peringkat terbaik di ajang Bahasa Inggris yang cukup bergengsi ini". Ujar Chandra Wiguna, mahasiswa semester enam yang berhasil meraih juara kedua Paper Presentation tersebut. Berbeda halnya dengan Welly Agustinda yang mengatakan bahwa ia sangat terkejut ketika mendapatkan juara terbaik (Best Paper) mengingat persiapan yang ia lakukan sangat sulit.
" Saya merasa senang, gugup dan terkejut karena ini pengalaman pertama bagi saya mengikuti perlombaan semacam ini" ujar Welly.

Meskipun tahun ini tim debat dan tim BOB belum berhasil membawa pulang piala juara, namun ini sudah menjadi bagian yang paling baik dalam meraih prestasi di tingkat Nasional, mengingat banyak sekali delegasi yang memasuki peringkat sebagai finalis. Semoga Perguruan Tinggi Teknokrat mampu bersaing kembali di tahun-tahun berikutnya ( Septian, 18 Mei 2010)

Jumat, 12 Maret 2010

Rabu, 10 Maret 2010

BOLA ITU TIDAK PADAM KECUALI DI PADAMKAN

Menjadi perangai sebuah lilin ataupun lampu bagi saya tidak akan menambah sebuah nilai kebaikan. Bagaimana tidak, sementara ia menerangi umat di sekeliling tubuhnya, ia tak kuasa menerangi dirinya sendiri. Bahkan perlahan sejalan dengan waktu perangai lilin seperti itu meleleh membanjiri tubuh putih yang semula berdiri tegak seolah menantang gelap untuk di halangi hingga terang yang menjadi pemenang. Apakah cukup membanggakan prestasi sebuah lilin? tidak hanya sebatas lelehan yang mengecewakan bagi saya, lilin pula tak sanggup menerangi dirinya seorang diri. Ia mampu bersinar di tengah kegelapan dan kegalauan umat yang terjebak di dalamnya, namun ia tak mampu menyelamatkan dirinya sendiri yang sejatinya ia adalah sang penerang bagi sang gelap, semestinya ia punh mampu berperan sebagai penerang bagi dirinya sang penerang. Ini yang di namakan Perangai lilin bukan Perangai bulan.

Itu lah mengapa saya lebih tertarik pada bulan , sebut saja si bola emas yang tak perlu meleleh saat ia menerangi yang gelap, tak perlu padam saat ia tertiup angin, bahkan tidak habis usia nya di makan zaman. Tak hanya itu yang membuat saya cinta akan rembulan. Ia tak sekedar menerangi sang gelap di malam yang sedikit pengap, ia pun mampu menjadi penerang bagi dirinya sendiri meski sesekali di bantu oleh bintang atau surya di saat gerhana. Tak menutup kemungkinan di saat mendung sekalipun pernah saya temukan dia dalam keadaan redup, laiknya lilin atau lampu totok yang hendak padam karena kehabisan bahan bakar. Tapi sekali lagi itu bukan analogi yang tepat menurut saya karena bulan tetap seperti bola yang utuh meski dalam keadaan redup sekalipun sementara lilin ataupun lampu sekalipun tak kuat atas segala beban.

Ketika ditemukan lampu padam, atau lilin habis terbakar pasti saya membeli lainnya. Begitu juga anda?. Semenatra seandainya saya buka saja jendela kamar lalu menatap ke arah atas yang sejatinya di penuhi bintang tak akan saya tengok bintang, yang akan saya tatap adalah bola itu. Tak akan di bilang indah bintang itu jika bola tak ada di samping-samping nya. Satu hal lagi yang membuat saya kagum akan perangai sebuah bola emas itu adalah tatkala datang gerhana yang mungkin sedikit menakutkan bagi saya(^^) tapi ada segi estetika yang saya lihat ketika ia bertemu surya dengan gairah ingin menunjukan kepada umat bahwa mereka yang sejatinya berasal dari sudut pandang yang berbeda mampu membentuk sebuah seni yang bernilai. Beda dengan lilin ataupun lampu totok, ah apalah mereka takkan sanggup seperti nya. Apa mungkin kita menyatukan lampu totok dengan lilin hingga menjadi gerhana lilin? sekali lagi maaf saya tidak tertarik kalaupun itu terjadi. Mana ada lilin yang tak meleleh. Yang ada Bulan yang tak pernah padam, KECUALI IA DI PADAMKAN oleh Dzat yang memang menjadi pemilik mutlak untuknya.

Sekali lagi , itulah yang membuat saya berpegang teguh pada pada sebuah prinsip. Saya tak mau menjadi LILIN tetapi saya sangat mau menjadi BULAN , bola emas yang di nanti kedatangannya saat sang malam berbicara. Bukan bintang, apalagi LILIN.

Ayo tinggalkan perangai kita yang selama ini tampak seperti lilin.
^^ ^^

CINTA

Kalau pun haus aku akan sebuah makna kata cinta, akan ku hirup secukupnya. Tak kan berlebih.
lalu belum puas kah? entah siapa yang mengajari itu. Guru ku tak pernah mengajarkan cinta, apalagi orang tua ku. Sungguh tak pernah.
Bahkan buku-buku cinta pun tak pernah memberiku pendidikan mengenai makna apa itu cinta. tapi ia datang tanpa izin ku,mengetuk pintu pun tidak. Hanya menyelinap dalam gelap hatiku saat ini. Kesempatan pahit yang ia curi untuk melekat dalam hati, suci menjadi dirty.

Cinta, Adam kepada Hawa mencinta. Tapi hampa bagi jiwa insan sepertiku jika mencinta, karena pahit,menyiksa, itu yang ku rasa. Tuhan, temani aku dalam sepi hanya dengan cinta Mu. bukan dengan cinta yang lain.
oh Cinta..jahat kau

Rabu, 03 Maret 2010

Seberapa Jauh Efek Samping Dari Buku

Sesuai banyaknya istilah yang mengentimologikan hal-hal tabu menjadi nyata adalah karena buku,
" Membaca Adalah Jendela Dunia". Untaian kalimat kuno sederhana namun masih dan akan selalu sarat akan makna, ah itu ku temukan tepat di dinding perpustakaan kampus yang serta merta tampil di hadapan ku saat jari-jari mengakses jejaring facebook.
Saya tidak akn pernah tahu bagaimana mendaftarkan diri saya dan meng-login-kan data pribadi ke jejaring facebook tanpa pernah saya membaca buku yang bernama "Facebook".
Dari sebuah buku yang mengajarkan saya mencari makna setiap langkah dimana tapak menetap,tanpa meninggalkan jejak kebodohan. Mungkin teman-teman mengira hanya dengan menanyakan cara mendaftar ke jejaring facebook melalui teman saja sudah cukup, namun salah kaprah bila imajinasi kita tempatkan di sana. Sejauh pengalaman saya, di antara teman-teman saya, ternyata lebih memudahkan saya mengetahui fungsi seluruh fitur yang ada,,(Walaupun facebook saya di buatkan oleh teman saya^^, tapi setelah itu saya baca tu buku")

bersambung....

Septian'source

Source mungkin banyak mengartikan sumber,,benar sekali,,
tak semua manusia mampu memberi sumber ,apapun bentuknya,tanpa sebuah sumber.
namun Septian berusaha dalam memberikan semua sumber,,laiknya sang penulis berkata
"you are the source,becouse you give the source by having the source"

saya tak kan bisa memberi sumber tanpa kesiapan sumber,